Thursday, December 29, 2011

18 Alasan Mengapa Muslimah Lebih Cantik Memakai Jilbab

0 comments
Dalil mengenai wajibnya mengenakan pakaian bahagian atas (khimar/tudung) adalah Firman Allah, “Hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dada mereka” [QS An-Nur (24):31].

......Dan Hadis Rasulullah riwayat dari Bazzar dan At-Termizi menjelaskan, “Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, setiap kali mereka keluar, syaitan akan memperhatikannya.”

Dalil lain yang menunjukkan bahawasanya seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan dua telapak tangan ialah sabda Rasulullah kepada Asma’ binti Abu

1.Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA AKAN TUTUP AURAT

2. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA AKAN JAGA MARUAH PADA DIRI DIA

3. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA CANTIK

4. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA TAK AKAN TUNJUKAN KECANTIKAN PADA ORANG LAIN

5. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA ANAK SOLEHAH

6. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA PATUH PERINTAH ORANG TUA DAN SAUDARI-SAUDARANYA

7. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA MENGHORMATI ORANG LAIN

8. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA TAKUT APABILA DIA TAK PAKAI JILBAB ORANG AKAN LIAT DIA CANTIK.DAN ADA NIAT YANG TAK BAIK TERHADAP DIRI DIA

9. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA INGIN JAUH DARI FITNAH

10. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA TAK AKAN MENYUSAHKAN ORANG LAIN

11. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA AKAN DAPAT PAHALA

12. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA DAPAT MENGHINDARI MAKSIAT

13. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
SUPAYA DIA DAPAT MENJADI CONTOH PADA PEREMPUAN LAIN

14. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
SUPAYA LELAKI YANG BERIMAN SAJA YANG SUKA DIA

15. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA DENGAR SERUAN RASULULLAH

16. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DAPAT MENGURANGKAN NAFSU LELAKI

17. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab... (low class)...(no offence hah..) RAMBUT PEREMPUAN ADALAH MAHKOTA BAGINYA.., JADI JANGAN SEWENANGNYA MENUNJUK KEPADA LELAKI..KERANA JIKA DITUNJUKKANNYA DIA AKAN TAK BERNILAI,KERANA MAHKOTA ANDA TELAH DILIHAT OLEH SEMUA LELAKI (kecuali keluarga)

18. Kenapa perempuan itu cantik kalau pakai jilbab???sebab...
DIA TAK AKAN RAMBUTNYA DITARIK, DIGANTUNG DENGAN BARA-BARA API DAN DIBAKAR DENGAN DASYAT DEKAT AKHIRAT KELAK

✿Ukhti…Besarnya kerudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju ridho Tuhanmu,mungkinkah besarnya kerudungmu hanya di gunakan sebagai fashion atau gaya jaman sekarang, atau mungkin kerudung besarmu hanya di jadikan alat perangkap busuk supaya mendapatkan ikhwan yang di idamkan bahkan bisa jadi kerudung besarmu hanya akan di jadikan sebagai identitasmu saja, supaya bisa mendapat gelar akhwat dan di kagumi oleh banyak ikhwan

✿Ukhti…tertutupnya tubuhmu Tidak menjamin bisa menutupi aib saudaramu, keluargamu bahkan diri antum sendiri, coba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, teman dekatmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi, bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa di sadari melalui ocehan-ocehan kecil sudah membekas semua aib keluargamu, aib sudaramu, bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manis mu

✿Ukhti…lembutnya suaramu mungkin selembut sutra bahkan lebih dari pada itu, tapi akankah kelembutan suara antum sama dengan lembutnya kasihmu pada saudaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu

✿Ukhti…lembutnya Parasmu tak menjamin selembut hatimu, akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa sekalipun dengan tetes darah terakhir, akankah selembut itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain.

✿Ukhti…Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan shalat malammu, mungkinkah malam-malammu di lewati dengan rasa rindu menuju Tuhanmu dengan bangun di tengah malam dan di temani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujud mu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan, atau sebaliknya, malammu selalu di selimuti dengan tebalnya selimut setan dan di nina bobokan dengan mimpi-mimpi jorokmu bahkan lupa kapan bangun shalat subuh.

✿Ukhti…Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang antum dapatkan, ataukah antum tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat

✿Ukhti…cantiknya wajahmu tidak menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan diri antum sendiri, pernahkah antum menyadari bahwa kecantikan yang antum punya hanya titpan ketika muda, apakah sudah tujuh puluh tahun kedepan antum masih terlihat cantik, jangan-jangan kecantikanmu hanya di jadikan perangkap jahat supaya bisa menaklukan hati ikhwan dengan senyuman-senyuman busukmu

✿Ukhti…tundukan pandanganmu yang katuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tundukan semangatmu untuk berani menundukan musuh-musuhmu, terlalu banyak musuh yang akan antum hadapi mulai dari musuh-musuh islam sampai musuh hawa nafsu pribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu,

✿Ukhti…tajamnya tatapanmu yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak menjamin sama dengan tajamnya kepekaan dirimu terhadap warga sesamamu mu yang tertindas di palestina, pernahkah antum menangis ketika mujhaid-mujahidah kevil tertembak mati, atau dengan cuek bebk membiarkan begitu saja, pernahkah antum merasakan bagaimana rasanya berjihad yang di lakukan oleh para mujahidah-mujahidah teladan

✿ Ukhti…lirikan mamatamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat, coba antum perhatikan dunia sekelilingmu masih banyak teman,saudara bahkan keluarga antum sendiri belum merasakan manisny islam dan iman mereka belum merasakan apa yang antum rasakan, bisa jadi salah satu dari kleuargamu masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi dan berperilaku binatang yang tak karuan, sanggupkah antum menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang kamu rasakan yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemulyaan islam

✿Ukhti…muhasabah yang antum lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan dan kebusukan kelakuan antum yang di lakukan siang hari, atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu, sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus di lakukan sebelum tidur, antum tidur mendengkur begitu saja dan tidak pernah kenal apa itu muhasabah sampai kapan akhlak busuk mu di lupakan, kenapa muhasabah tidak di jadikan sebagai moment untuk perbaikan diri bukankah akhwat yang hanya akan mendapatkan ikhwah yang baik

✿Ukhti… hatimu di jendela dunia, dirimu menjadi pusat perhatian semua orang, sanggupkah antum menjaga izzah yang antum punya, atau sebaliknya antum bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu akan merusak citra akhwat yang laing, kadang orang lain akan mempunyai persepsi di sama ratakan antara akhwat yang sautu dengan akhwat yang lain, jadi kalo antum sendiri membuat kebobrokan akhlak maka akan merusak citra akhwat yang lain

✿Ukhti…dirimu menjadi dambaan semua orang, karena yakinlah preman sekalipun, bahkan brandal sekalipun tidak menginginkan istri yang akhlaknya bobrok tapi semua orang menginginkan itri yang solehah, siapkah antum sekarang menjadi istri solehah yang selalu di damba-dambakan oleh semua orang.

Semoga kita bisa mengambil hikmah dalam setiap kejadian.
Continue reading →
Wednesday, December 7, 2011

Anak SD saja tahu, bagaimana dengan kita?

0 comments



Anak-anak SD kelas 1 saja tahu (Selasa, 6 Des 2011). Saat suasana pelajaran Tahsin di kelas:
* Kinkin roknya tersingkap, lalu Alif berteriak " Aurot!" kemudian kinkin bergegas membetulkan roknya.
* Imam sedang duduk di kursi menghadap gurunya untuk baca simak jilid. NAmun Nisa ikut membonceng di ujung kursi yang diduduki Imam. Lalu Faiz mengingatkan "Cewek kok mbonceng cowok!" Ibu gurunya tersenyum dan berkata "Boleh, asal bapaknya!
Lalu bagaimana yang sudah mengaku dewasa dan sudah mahasiswa bahkan? Sudahkah Anda tahu?
Continue reading →

Surat Terbuka untuk Saudariku Muslimah

0 comments


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوذُبِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّأَتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ ، وَمَن يُضْلِلْ فَلاَهَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّإِلَهَ ِإلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَ نْتُمْ مُسْلِمُونَ ال عمران :102
يَاأَ يُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَ رْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا النساء :1
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا الاحزاب : 70-71
أَمَّابَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَالْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّاْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَ لَةٍ فِىالنَّارِ

Wahai Ukhti Muslimah…Wahai wanita yang mengalir keimanan di dalam hatinya…Wahai wanita yang mencintai Allah dan Rasul-Nya…

Engkau yang telah ruku’ dan sujud, mengharap dan berdo’a kepada Allah yang Maha Suci lagi Maha Agung.

Engkau adalah seorang yang mempunyai peran besar dalam kehidupan laki-laki, baik sebagai ibu, istri, saudara perempuan maupun anak.

Wahai permata yang terjaga…Berlapanglah dengan sebuah pertanyaan ini…Tidakkah kalian menginginkan untuk menjadi wanita yang terpilih oleh Allah karena kebaikan…?! Tidakkah kalian ingin mendapatkan keutamaan yang Allah berikan…?!

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35)

Oleh karena itu saya berpesan kepada kalian sebagaimana yang Allah Ta’ala perintahkan:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Orang mukmin yang laki-laki dan orang mukmin yang perempuan sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian (yang lain) mereka menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.” (At-Taubah: 71)

Dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إِسْتَوْ صُوْا بِالنِّسَآءِ خَيْرًا

“Nasihatilah wanita dengan kebaikan.” (Muttafaqun ‘alaihi)[1]

Sungguh Allah Ta’ala senantiasa melihat dan mendengarmu…Sungguh Allah Ta’ala pasti mengawasi dan memperhatikanmu…

Maka hendaklah engkau takut kepada Allah Ta’ala, hindarilah jalanan dan tempat terbuka, karena sungguh jika engkau berada dalam tempat yang terbuka sedang kaum laki-laki melihatmu, haruslah engkau merasa takut dan khawatir terfitnah dan menjadi penyebab fitnah.[2]

Tidakkah engkau perhatikan perkataan sang teladan, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:

مَاتَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku tinggalkan fitnah setelahku yang lebih berbahaya atas laki-laki melebihi fitnahnya wanita.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan An-Nasa’i)[3]

Sungguh berbahaya wahai Saudariku Muslimah jika engkau berada di tempat terbuka, karena perbuatan itu dapat menjadi perantara bagimu dan lawan jenismu untuk mendustakan perintah Allah yang Maha Suci lagi Maha Agung yang berfirman:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An-Nur: 30)

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya…,”

Tidak hanya sampai di situ, bagi wanita, Allah Ta’ala melanjutkan firman-Nya:

وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ

“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya…” (An-Nur: 31)

Tidakkah engkau lihat wahai Ukhti Muslimah, sesungguhnya wanita itu adalah aurat yang bisa menjadi alat dan perantara setan untuk menjerumuskan kebanyakan kaum laki-laki.

المَرْأَةُ عَوْرَةٌ إِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَ فَهَا الشَّيْطَانُ

“Wanita itu adalah aurat. Bila ia keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda laki-laki)[4].” (HR. At-Tirmidzi)[5]

Tidakkah engkau perhatikan wahai Saudariku Mukminah, sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam di atas merupakan peringatan bagi kita terhadap fitnahnya wanita…

Tidakkah engkau meninggalkan semua sebab dan wasilah yang membangkitkan gejolak syahwat, seperti ikhtilath (bercampur) dengan yang berlainan jenis, memandang ke tempat-tempat fitnah yang ada pada tubuh lawan jenis yang bukan mahram, dan perbuatan lain semisalnya…!

Demi untuk menghindari ikhtilat, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah memperingatkan kaum wanita agar tidak berjalan di tengah jalan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari di dalam Al-Kuna dan Al-Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya, dari Hamzah bin Abi Usaid Al-Anshari, dari bapaknya radhiyallahu’anhu:

أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ يَقُولُ وَهُوَ خَارِجٌ مَنَ الْمَسْجِدِ فَاخْتَلَطَ الرِّجَالُ مَعَ النِّسَاءِ فِي الطَّرِيقِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ لِلنِّسَءِ اسْتَأْ خِرْنَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ أَنْ تَحْقُثْنَ الطَّرِيقَ عَلَيْكُنَّ بِحَافَّاتِ الطَّرِيقِ فَكَانَتِ الْمَرْأَةُ تَلْتَصِقُ بِالْجِدَارِ حَتَّى إِنَّ ثَوْ بَهَا لَيَتَعَلَّقُ بِالْجِدَارِ مِنْ لأُصُو قِهَا بِهِ

“Bahwa dia mendengar Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda di saat beliau keluar dari masjid, sedangkan orang-orang laki-laki ikhthilath (bercampur-baur) dengan para wanita di jalan, maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda kepada para wanita: “Minggirlah kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berhak berjalan di tengah jalan, kamu wajib berjalan dipinggir jalan.” Maka para wanita merapat di tembok/dinding sampai bajunya terkait di tembok/dinding karena rapatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Abu Daud)

Dan bukankah kita tidak ingin disimpangkan oleh Allah Ta’ala sebagai orang yang memiliki mata yang khianat dan hati yang berpenyakit..!

فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللهُ قُلُوبَهُمْ

“Maka ketika mereka menyimpang, maka Allah pun menyimpangkan hati mereka.” (Ash-Shaff: 5)

يَعْلَمُ خَائِنَةَ اْلأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

“Dia (Allah) mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disempbunyikan di dalam dada.” (Al-Mukmin: 19)

Padahal Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُ نَانِ زِنَاهُمَا الاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَاالْخطَا

“Kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengarkan, lidah zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, dan kaki zinanya adalah melangkah.” (Mutafaq ‘alaih)[6]

Tidakkah engkau ingin mendengar kesungguhan dan keikhlasan wanita muslimah yang istiqamah melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya yang ia cintai, yaitu ketika Ummu Humaid istri Abu Humaid As-Sa’idi radhiyallahu’anhuma mendatangi Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku suka shalat bersamamu.” Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

قَدْعَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلاَةَ مَعِي وَصَلاَتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي حُجْرَتِكِ وَ صَلاَتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِي دَارِكِ وَصَلاَتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ وَصَلاَتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌلَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسْجِدِي قَالَ فَأَمَرَتْ فَبُنِي َلَهَا مَسْجِدٌ فِي أَقْصَى شَيْءٍ مِنْ بَيْتِهَا وَأَظْلَمِهِ فَكَانَتْ تُصَلِّي فِيهِ حَتَّى لَقِيَتِ اللهَ عَزَّوَجَلَّ

“Aku tahu bahwa engkau suka shalat bersamaku, tetapi shalatmu di dalam rumahmu (yang paling dalam) lebih baik daripada shalatmu di dalam kamarmu. Dan shalatmu di dalam kamarmu, lebih baik daripada shalatmu di dalam rumahmu (yang tengah), dan shalatmu di dalam rumahmu (yang tengah), lebih baik daripada shalatmu di masjid kaum-mu. Dan shalatmu di masjid kaum-mu, lebih baik daripada shalatmu di masjidku.” Perawi berkata: “Maka Ummu Humaid memerintahkan (membangun tempat shalat-pen), lalu dibangunlah masjid (yakni tempat untuk shalat) untuknya di ujung rumah di antara rumah-rumahnya, dan yang paling gelap, demi Allah, dia biasa shalat di sana sampai meninggal.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ahmad dan Ibnu Abdil Barr)[7]

Tidaklah Ummu Humaid radhiyallahu’anha melakukannya melainkan karena mengharapkan kecintaan Allah Ta’ala kepadanya, sebagaimana hal ini telah disabdakan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:

إِنَّ أَحَبَّ صَلاَةِ الْمَرْأَةِ إِلَي اللهِ فِي أَشَدِ مَكَانٍ مِنْ بَيْتِهَا ظُلْمَةً

“Sesungguhnya shalat wanita yang paling dicintai oleh Allah adalah (yang dilakukan) ditempat paling gelap di dalam rumahnya”. (HR. Ibnu Khuzaimah)[8]

Wahai Ukhti Muslimah perhatikan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu ini, dimana beliau mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَاوَشَرُّهَا آخِرُهَا، وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَاوَشَرُّهاَ أَوَّلُهَا

“Sebaik-baik shaf pria adalah shaf yang pertama dan sejelek-jelek shaf pria adalah yang paling akhir. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang paling akhir dan sejelek-jeleknya yang paling depan.” (HR. Muslim,An-Nasa’i, Abu Daud dan At-Tirmidzi)[9]

Wahai Ukhti Mukminah tidakkah engkau lihat.., perkara di atas berada dalam tempat shalat, bagaimana jika hal ini terjadi di jalanan, di kampus, di pasar, atau pun tempat umum lainnya…?!

Al-Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan ucapan Aisyah radhiyallahu’anha:

لَوْأَدْرَكَ رَسُولُ اللهِ مَاأَحْدَثَ النِّسَاءُ لَمَنَعَهُنَّ كَمَا مُنِعَتْ نِسَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ

“Seandainya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sempat menemui apa yang diada-adakan oleh para wanita (saat ini) niscaya beliau akan melarang mereka sebagaimana dilarangnya wanita-wanita Bani Israil.” (HR. Bukhari dan Muslim)[10]

Dalam riwayat Al-Imam Muslim rahimahullah disebutkan:

“Salah seorang rawi bertanya kepada Amrah binti Abdirrahman (murid Aisyah yang meriwayatkan hadits ini darinya): “Apakah para wanita Bani Israil dilarang ke Masjid?” Amrah menjawab: “Ya, Adapun hal-hal baru yang diada-adakan oleh wanita Bani Israil, diantaranya memakai wangi-wangian, berhias, tabarruj, ikhtilath dan kerusakan-kerusakan lainnya.”

Oleh karena itu wahai Ukhti Muslimah, bersungguh-sungguhlah untuk menghindari tempat terbuka, carilah tempat yang aman dan lebih utama, karena yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Hal ini telah dicontohkan kepada kalian oleh istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan istri-istri para sahabat yang mulia, sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًافَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَآءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُو بِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka, maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53)

Meskipun ayat yang mulia ini berkenaan dengan isteri-isteri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, namun ayat ini memberi pelajaran secara umum, baik bagi istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam maupun wanita-wanita lain, berdasarkan pendapat paling shahih diantara pendapat para ulama. Ayat ini dengan tegas menunjukkan diwajibkannya wanita berhijab dari pandangan laki-laki, untuk itu bagaimana pula kiranya jika kaum wanita berada di tempat terbuka yang tidak memiliki tabir/hijab pembatas?!

Perhatikanlah wahai Saudariku Mukminah, bahwa wajah adalah pusat perpaduan kecantikan wanita, maka bertaqwalah kepada Allah.

Dari Aisyah binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma, bahwa ia berkata:

“Adalah para pengendara melewati kami sedangkan kami bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, sedang berihram. Maka jika mereka lewat di samping kami, maka salah satu di antara kami melabuhkan jilbabnya dari kepalanya agar menutupi wajahnya. Dan tatkala mereka telah berlalu, kami pun membukanya kembali.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnul Jarud dan Al-Baihaqi)[11]

Dari Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma, bahwa ia berkata:

كُنَّا نُغَطِّي وُجُوْهَنَا مِنَ الرِّجَالِ

“Kami (para sahabat wanita) menutupi wajah-wajah kami dari kaum laki-laki.” (HR. Al-Hakim dan Malik)[12]

Dari Ashim Al-Ahwal rahimahullah, bahwa ia berkata:

“Kami mengunjungi (untuk belajar) kepada Hafshah binti Sirin rahimahallah sedangkan ia menjadikan jilbabnya untuk bercadar, lalu aku katakan kepadanya: ‘Semoga Allah merahmatimu! Allah Ta’ala telah berfirman: “Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan….” Ashim berkata: ‘Lalu ia (Hafshah binti Sirin) mengatakan kepada kami: “Apa lanjutan ayat tersebut?” Kami menjawab: “…dan berlaku iffah (menjaga kesucian diri) itu lebih baik bagi mereka.” (An-Nuur: 60).

Ia (Hafshah binti Sirin) kemudian berkata: “Lanjutan ayat itu adalah penetapan syari’at hijab (bagi wanita tua seperti aku)”. (Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi)[13]

Alhamdulillah, semoga nasihat ini dapat menjadi kebaikan untuk kalian wahai Saudariku Muslimah…

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَلاً مُّبِينًا

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, (dengan) sesat yang nyata.” (Al-Ahzab: 36)

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan.

وَعَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٌ

كَمَا أَنَّ عَيْنَ السُّخْطِ تُبْدِي الْمَسَاوِيَا

Mata yang penuh ridha akan terpejam dari segala aib yang ia lihat

Sedangkan mata yang penuh kebencian yang ia lihat hanyalah keburukan.

نَظَرُوْا بِعَيْنِ عَدَاوَةٍ لَوْ أَنَّهَا

عَيْنُ الرِّضَا لاَسْتَحْسَنُوْا مَااسْتَقْبَحُوْا

Mereka melihat dengan mata permusuhan, Kalau saja mereka melihat dengan mata keridhoan, tentu mereka akan menganggap baik apa yang tadinya mereka anggap buruk.

كُلُّ الْحَوَادِثِ مَبْدَأُهَا مِنَ النَّظَرِ

وَمُعْظَمُ النَّارِ مِنْ مُسْتَصْغَرِ الشَّرَرِ

Segala malapetaka yang terjadi, berhulu dari sebuah pandangan mata,

Seluruh azab di Neraka, berawal dari urusan kecil yang tidak terduga.

اَللَّهُمَّ اغْفِرلِي ذَ نْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ وَجُلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلاَ نِيَتَهُ وَسِرَّهُ

“Ya Allah, ampunilah semua dosaku, dosa yang kecil dan yang besar, yang pertama maupun yang terakhir dan yang nampak maupun yang samar.” (HR. Muslim)[14]

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Penulis: Admin Melati

Catatan Kaki:

[1] HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir radhiyallahu’anhu.

[2] Fitnah wanita maksudnya adalah godaan dan cobaan yang ditimbulkan oleh wanita, khususnya terhadap laki-laki (ed).

[3] HR. Bukhari 5096, Muslim 2740, At-Tirmidzi 2780, dan beliau berkata: “Hadits hasan shahih.” Diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah 3998 dan Al-Imam Al-Mizzi juga menisbahkannya kepada An-Nasa’i.

[4] Al-Imam Abul ‘Ala’ Al-Mubarakfuri rahimahullah berkata:

( فإذا خرجت استشرفها الشيطان ) أي زينها في نظر الرجال وقيل أي نظر إليها ليغويها ويغوى بها والأصل في الاستشراف رفع البصر للنظر إلى الشيء

“Bila wanita keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda laki-laki), maknanya adalah setan menghiasinya di mata laki-laki. Juga dikatakan, maknanya, setan melihat wanita tersebut untuk menyesatkannya dan menyesatkan (manusia) dengannya. Dan makna asal (الاستشراف) adalah mengangkat pandangan untuk melihat sesuatu.” [Tuhfatul Ahwadzi, 4/283] (ed).

[5] HR. At-Tirmidzi 1173, Al-Imam As-Suyuti rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya Ad-Durrul Mantsur 6/600 bahwa hadits yang semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, dan Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan: “Sanadnya shahih.” Lihat Misykatul Mashabih dengan tahqiq beliau no. 3109.

[6] HR. Al-Bukhari dan Muslim, lafaz ini menurut Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.

[7] HR. Ibnu Khuzaimah 1689, Ahmad 6/371, Ibnu Abdil Barr dalam Al-Isti’ab, dan hadits ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Ahmad Syakir dalam komentarnya terhadap Al-Muhalla.

[8] HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu.

[9] HR. Muslim no. 440, An-Nasa’i 2/93, Abu Daud no. 678, At-Tirmidzi no. 224, dan ia berkata: “Hadits hasan shahih.” Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits ini no. 1000.

Faidah: Berkata Al-Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarah Muslim: “Adapun shaf pria maka secara umum selamanya yang terbaik adalah shaf yang pertama dan yang paling jelek adalah yang terakhir. Adapun shaf wanita maka yang dimaksudkan dalam hadits adalah shaf-shaf wanita yang shalat bersama kaum pria. Sedangkan bila mereka (kaum wanita) shalat terpisah tidak bersama kaum pria maka mereka sama dengan pria, yakni sebaik-baik shaf mereka adalah yang paling depan dan seburuk-buruknya adalah yang paling akhir. Yang dimaksud dengan ‘jeleknya shaf bagi pria dan wanita adalah yang paling sedikit pahalanya dan keutamaannya serta paling jauh dari tuntutan syar’i. Sedangkan shaf yang paling baik adalah sebaliknya. Shaf yang paling akhir bagi jamaah wanita yang hadir bersama jamaah pria dikatakan memiliki keutamaan karena jauhnya para wanita itu dari bercampur (ikhtilath) dengan pria, dari melihat pria dan tergantungnya hati tatkala melihat gerakan kaum pria serta mendengar ucapan (pembicaraan mereka) dan semisalnya. Dan celaan bagi shaf yang terdepan bagi jamaah wanita (yang hadir bersama pria) adalah sebaliknya dari alasan di atas, wallahu a’lam.”

[10] HR. Al-Bukhari no. 869 dan Muslim no. 445.

[11] HR. Ahmad IV/30, Abu Dawud dan Ibnul Jarud no. 418, serta Al-Baihaqi dengan sanad hasan lihat Al-Irwa’ 1023 dan 1024

[12] HR. Al-Hakim I/454 dan ia mengatakan: “Ini adalah hadits shahih menurut syarat Syaikhani.” Hal ini disepakati oleh Adz-Dzahabi dengan syarat Muslim saja, dan hadits ini diriwayatkan juga oleh Malik I/305 dari Fathimah binti Al-Mundzir.

[13] Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi, VII/93 dan isnadnya dikatakan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani. Lihat kitab Jilbab Al-Mar’ah Al-Muslimah Fil Kitabi Was Sunnah.

[14] HR. Muslim no. 483
Continue reading →

Debat 1 Da’i VS 20 Pendeta Dihadiri 10.000 Orang = 144 Masuk Islam, Termasuk 3 Pendeta

0 comments

Kabar gembira datang dari Ethiopia seputar perkembangan dakwah terbaru di sana Allahu Akbar.

Direktur pelaksana Dewan Internasional Untuk Pengenalan Islam (DIUPI), yang merupakan subordinat dari lembaga Islam Internasional, Rabithah Alam Islami, Syaikh Shalih bin Muhammad bin Abdul Wahid memuji kerja keras yang diupayakan kerajaan Arab Saudi di bidang dakwah kepada Allah.

Syaikh Shalih Abdul Wahid dalam keterangan persnya kepada kantor berita Saudi (WAS) melaporkan, buah pertama yang telah dipetik dari proyek ini adalah debat yang diselenggarakan di Ethiopia oleh salah seorang Da’i DIUPI di sana, yaitu Syaikh Qamar Husain, pengarang dua buah buku tentang Islam, Injil dan Taurat. Kedua bukunya itu laku keras, sampai-sampai kebanyakan pendeta di sana tergerak untuk membacanya. Hal itu mendorong mereka untuk meminta bertemu langsung dengan Syaikh Qamar. Jumlah mereka ada 20 orang.

Syaikh Shalih menjelaskan, setelah pertemuan itu, para pendeta itu meminta diadakannya debat terbuka di hadapan publik. Tak ayal, sekitar 10.000 orang yang terdiri dari umat Islam dan umat Nasrani hadir dalam debat terbuka yang bersejarah itu. Debat yang berlangsung selama 6 jam itu terfokus pada tiga tema. Hasilnya sungguh amat mencengangkan sekaligus menggembirakan kubu Islam di mana setelah debat itu usai, 144 orang yang terdiri dari laki-laki dan wanita masuk Islam dalam satu waktu, di antara mereka terdapat 3 orang pendeta.

Lebih lanjut Syaikh Shalih menambahkan, ketiga pendeta itu merasakan nikmatnya Islam dan setelah mengucapkan dua kalimat Syahadat mereka bercita-cita untuk melaksanakan ibadah Haji. Cita-cita tersebut diamini oleh pihak DIUPI yang menyatakan kesediaannya menanggung ongkos haji ketiga muallaf tersebut bersama sejumlah Da’i.

Salah satu tema yang sangat menonjol sehingga menggugah hati para muallaf itu untuk masuk Islam dalam debat itu, seperti yang disiratkan Syaikh Shalih adalah apa yang dilakukan sang Da’i, Qamar Husain yang mengajak mereka berdiskusi seputar syubhat yang terdapat dalam kedua buku karyanya tersebut, terlebih karena beliau sudah hafal di luar kepala isi kedua bukunya itu. Ditambah lagi dengan diadakannya dialog bersama para pendeta itu di lokasi kiblat yang penyebutannya terdapat dalam Taurat mereka. Dalam hal ini, Da’i Islam itu membantah pendapat mereka melalui teks-teks Taurat yang menyatakan bahwa Nabi Isa AS menyebutkan agar mereka menghadap kiblat selain Baitul Maqdis sepeninggal beliau.

Informasi yang terdapat dalam teks Taurat tersebut menurut Syaik Qamar, tidak berani diotak-atik oleh para pendeta maupun diinterpretasikan. Karenanya, beliau mengingatkan mereka terkait hal itu dengan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah yang berbunyi (artinya),“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Rabb-nya; dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS.al-Baqarah:144)

Syaikh Shalih, direktur pelaksana DIUPI menjelaskan, misi DIUPI adalah memperkenalkan Islam, dengan target memperkenalkan keindahan-keindahan Islam, mempublikasikan gambaran yang benar tentang masyarakat Islam dalam beragam bahasa, membela Islam di seluruh medan kehidupan serta bekerja untuk merealisasikan risalah Islam dalam menyebarkan keamanan, kedamaian, pembangunan peradaban, menjaga hak-hak Islam dan menyebarkan risalah Islam yang abadi ke seluruh dunia.

Ia menyebutkan, DIUP memiliki 10 proyek saat ini, di antaranya Kafalah Du’at (Menanggung biaya hidup para Da’i) dan mereka yang mengenalkan Islam kepada umat manusia. (almkhtsr/AH)

Sumber: http://arrahmah.com/read/2008/01/04/1451-debat-1-dai-vs-20-pendeta-dihadiri-10000-orang-144-masuk-islam-termasuk-3-p.html
Continue reading →

Kurva Cinta di Google

0 comments
Bagi sahabat yang beleum mengetahui, Google bisa bikin curva berbentuk hati lho, cobain nih triknya berikut.
Copykan kode berikut ini di mesin pencari google, dan lihat apa yang kalian dapatkan..  ^^

(sqrt(cos(x))*cos(200 x)+sqrt(abs(x))-0.7)*(4-x*x)^0.01, sqrt(9-x^2), -sqrt(9-x^2) from -4.5 to 4.5

Sama seperti ini kan?
Selamat mencoba.. ^^
Continue reading →

Dik, Jadilah engkau...

0 comments


Dik… Jadilah Layaknya A’inul Mardiyah

Dik…jadilah layaknya Ibunda Maryam yang senantiasa menjaga kesucian dirinya
Agar kau menajadi panutan bagi wanita kebanyakan

Dik…jadilah layaknya Khadijah Alkubra yang senantiasa mendamaikan hati sang kekasih ketika gundahnya
Agar aku merasa tentram ada di dekatmu

Dik…jadilah layaknya sang Ratu saba yang segera tersadar ketika di ingatkan baginda sulaiman
Agar aku dapat memimpinmu menggapai jannahnya

Dik…Jadilah layaknya Fatimah Azzahra yang begitu manja dan bersahaja terhadap suami tercinta
Agar hilang penatku saat berdua denganmu

Dik…Jadilah layaknya Aisyah alkhumaira yang begitu besarnya cintanya pada sang Junjungan
Agar cintaku kepadamu tak pernah Pudar

Dik…Jadilah layaknya ainul mardiyah yang disediakan Rab semesta alam untuk Hamba yang beriman
Agar cintaku padamu tak mengurangi cintaku PadaNya

Sumber: http://goo.gl/znbGr
Continue reading →

Pintu-pintu Syaitan, Senjata Penghalang Syaitan, dan Rumah yang tidak dimasuki Syaitan

0 comments



15 pintu syaitan yang ada didalam diri kita

  1. Pintu marah
  2. Cinta dunia
  3. Kebodohan (keengganan menghadiri majlis ilmu)
  4. Panjang angan-angan
  5. Rakus
  6. Bakhil
  7. Suka pada pujian
  8. Riak
  9. Ujub (merasa kagum)
  10. Takut dan gelisah
  11. Buruk sangka
  12. Memandang rendah pada orang lain
  13. Merasa suka pada dosa
  14. Merasa aman daripada pembalasan "ALLAH"
  15. Putus asa daripada rahmat "ALLAH"


15 Senjata Menghalang Syaitan

  1. Membaca Bismillah (menjadi kunci pada perbuatan baik)
  2. Banyakkan berzikir
  3. Banyakan Beris! tigfar
  4. Baca "la i' la ha illa anta subha naka inni kuntu minaz zoli min"
  5. Jangan tidur berseorangan
  6. Baca doa pagi dan petang
  7. Bersugi
  8. Melaksanakan solat jemaah
  9. Berwudhuk sebelum tidur
  10. Menutup aurat
  11. Membaca doa masuk tandas.
  12. Banyak berselawat pada hati
  13. Bertaubat, beristighfar
  14. Banyakan baca Al-Quran
  15. Membaca surah Yassin setiap pagi


Rumah yang Tidak Dimasuki syaitan

  1. Rumah yang bersih
  2. Penghuni membaca "Bismillah" ketika memasuki rumah
  3. Sentiasa berzikir (ahli rumah menegakkan solat)
  4. Penghuninya jujur dan memenuhi janji
  5. Penghuninya memakan makanan yang halal (dan cara mendapatkannya halal)
  6. Penghuninya mengekalkan silaturahim (sentiasa mesra) - Rumah yang penghuninya berbakti kepada Ibu Bapak

Continue reading →
Sunday, December 4, 2011

Kapan shaum (puasa) Tasu’a & ‘Asyura?

0 comments

Memasuki bulan Muharram 1433 Hijriyyah, kaum Muslimin tengah bersiap untuk melaksanakan shaum (puasa) sunah khusus, yaitu shaum sunah Tasu’a dan ‘Asyura, yang dikerjakan pada tanggal 9 Muharram dan 10 Muharram. Persoalannya, kapan jatuhnya tanggal 9 dan 10 Muharram pada penanggalan kalender Masehi tahun ini?
Hikmah shaum (puasa) Tasua’a & ‘Asyura
Shaum (puasa) sunah di bulan Muharram, khususnya di hari ‘Asyura telah diketahui akan mendapatkan ganjaran pahala penghapusan dosa setahun yang lalu. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
عَنْ  أَبِي قَتَادَةَ ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ ، إِنِّي  أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Shaum hari ‘Asyura, aku mengharapkan pahalanya di sisi Allah dapat menghapuskan dosa-dosa kecil setahun sebelumnya.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Jumhur ulama berpendapat bahwa shaum (puasa) Asyura dilakukan pada hari kesepuluh dari bulan Muharram, sementara shaum Tasu’a dilakukan pada hari kesembilan dari bulan Muharram.  .
Ibnu Qudamah berkata, ‘Asyura adalah hari kesepuluh dari bulan Muharram. Ini merupakan pendapat Sa’id bun Musayyib dan al-Hasan al-Bashri yang sesuai dengan riwayat dari Ibnu ‘Abbas, “Rasullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memerintahkan berpuasa pada hari ‘Asyura, hari kesepuluh dari bulan Muharram.” (HR. Al-Tirmidzi, beliau menyatakan hadits tersebut hasan shahih).
Larangan Tasyabuh (meyerupai) orang kafir
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibuu Abbas, di akhir umurnya, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bertekad untuk menambah puasa pada hari kesembilan Muharram untuk menyelisihi Ahlu Kitab. Namun beliau sudah keburu meninggal sehingga beliau belum sempat melakukan puasa pada hari itu.
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallammelakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.
Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan,
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,
فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.”
Lalu bagaimana hukum menambahkan puasa pada hari kesembilan Muharram? Berikut penjelasan An Nawawi rahimahullah.
Imam Asy Syafi’i dan ulama Syafi’iyyah, Imam Ahmad, Ishaq dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabishallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari kesembilan.
Apa hikmah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menambah puasa pada hari kesembilan? An Nawawi rahimahullah melanjutkan penjelasannya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sebab Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bepuasa pada hari kesepuluh sekaligus kesembilan agar tidak tasyabbuh (menyerupai) orang Yahudi yang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja. Dalam hadits Ibnu Abbas juga terdapat isyarat mengenai hal ini. Ada juga yang mengatakan bahwa hal ini untuk kehati-hatian, siapa tahu salah dalam penentuan hari ’Asyura’ (tanggal 10 Muharram). Pendapat yang menyatakan bahwa Nabi menambah hari kesembilan agar tidak menyerupai puasa Yahudi adalah pendapat yang lebih kuat.
Ibnu Rojab mengatakan, ”Di antara ulama yang menganjurkan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram sekaligus adalah Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad, dan Ishaq. Adapun Imam Abu Hanifah menganggap makruh jika seseorang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja.”
Sebagian ulama berpendapat tentang dianjurkannya berpuasa pada hari ke-9, 10, dan 11 Muharram. Inilah yang dianggap sebagai tingkatan lain dalam melakukan puasa Asy Syura. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma. Nabishallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْماً أَوْ بَعْدَهُ يَوْماً
Puasalah pada hari ’Asyura’ (10 Muharram, pen) dan selisilah Yahudi. Puasalah pada hari sebelumnya atau hari sesudahnya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, Ibnu Khuzaimah, Ibnu ’Adiy, Al Baihaqiy, Al Bazzar, Ath Thohawiy dan Al Hamidiy, namun sanadnya dho’if (lemah). Di dalam sanad tersebut terdapat Ibnu Abi Laila -yang nama aslinya Muhammad bin Abdur Rahman-, hafalannya dinilai jelek. Juga terdapat Daud bin ’Ali. Dia tidak dikatakan tsiqoh kecuali oleh Ibnu Hibban. Beliau berkata, ”Daud kadang yukhti’ (keliru).” Adz Dzahabiy mengatakan bahwa hadits ini tidak bisa dijadikan hujjah (dalil).
Namun, terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Abdur Rozaq, Ath Thohawiy dalam Ma’anil Atsar, dan juga Al Baihaqi, dari jalan Ibnu Juraij dari ’Atho’ dari Ibnu Abbas. Beliau radhiyallahu ’anhuma berkata,
خَالِفُوْا اليَهُوْدَ وَصُوْمُوْا التَّاسِعَ وَالعَاشِرَ
Selisilah Yahudi. Puasalah pada hari kesembilan dan kesepuluh Muharram.” Sanad hadits ini adalah shohih, namun diriwayatkan secara mauquf (hanya dinilai sebagai perkataan sahabat).
Lalu kapan shaum (puasa) ‘Asyura?
Berdasarkan kalender yang beredar di Masyarakat Indonesia, tanggal 9 dan 10 Muharram 1433 Hijriyyah jatuh pada hari Senin, dan Selasa besok, yakni pada tanggal 5 dan 6 Desember 2011 Masehi, meskipun pada hari ini, Ahad (4/12/2011) sebagian kaum Muslimin dikabarkan telah shaum (berpuasa) Tasu’ah karena menganggap sudah masuk tanggal 9 Muharram.
Sementara itu, Mufti Aam Kerajaan Saudi Arabia, Syekh Abdul Aziz Alu Syaikh dikabarkan atas nama Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia telah menetapkan bahwasanya tanggal 10 Syahrullahil Muharram jatuh pada hari Selasa, 6 Desember 2011 Masehi, dikarenakan tim ru’yatul hilal Kerajaan Saudi Arabia tidak melihat hilal yang muncul pada saat itu dan menggenapkan/menyempurnakan bilangan bulan Dzulhijjah 1432 Hijriyyah menjadi 30 hari.
Untuk melepaskan keraguan dan dalam rangka mengejar pahala besar dari Allah SWT., ketika kita berpuasa Tasu’ah, dan ‘Asyura, maka sebagaimana perkataan Imam Ahmad, rahimahullah, kita bisa sekaligus berpuasa tiga hari berturut-turut, yakni tanggal 9, 10, dan 11 Muharram, meskipun juga diperbolehkan hanya berpuasa di tanggal 10 Muharramnya saja.
Imam Ahmad -rahimahullah- mengatakan, ”Jika ragu mengenai penentuan awal Muharram, maka boleh berpuasa pada tiga hari (hari 9, 10, dan 11 Muharram, pen) untuk kehati-hatian.
Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)
Continue reading →
Tuesday, January 18, 2011

Untuk Hati yang tengah Tersakiti

0 comments

Saat memandangi hari.. Semakin hening dan makin tunduk merenungi. Setiap episode yang terjadi dalam hidupku, sudah begitu banyak warna yang terlukiskan, dan begitu banyak pula noda hitam mengotorinya.

Ini dinamakan perjuangan, dan setiap perjuangan ada pengorbanan yang harus dikerahkan dengan sungguh-sungguh. Keletihan, kelelahan... Bahkan air mata pun harus dipersembahkan. Demi Alloh, hanya untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Semoga tak ada kesia-siaan di dalamnya.

Dan ketika, semuanya begitu mudah mencerca.. Begitu ringan dalam menghina, dan tak santun dalam memperingatkan. Wahai diri, apa yang telah engkau lakukan... Sehingga ada pihak-pihak lain yang merasa dirugikan. Padahal, demi Allah! Tak sedikitpun aku mencampuri urusanmu. Lalu mengapa engkau terlalu sibuk dengan urusanku?!

Kukabarkan padamu..... Sebelum akhirnya kau yang menyesal karena terlalu repot dalam kesinisanmu terhadapku. Aku mencintaimu... Dan aku tahu bahwa setitik harap menginginkan sepertiku, muncul dalam dirimu. Lakukanlah apa yang bisa kau lakukan... Jangan terlalu masuk dalam kehidupanku. Karena pasti aku akan memberi rasa sakit yang mendalam kepadamu. Padahal tak semestinya itu terjadi, dan karena engkau saja yang terlalu meributkan hal-hal sepele yang terjadi padaku.

Letih... Menanggapi hal yang tak penting. Tugasku disini hanya berusaha, dan apa yang telah aku hasilkan saat ini sungguh adalah upah dari kerja kerasku. Dan karena Alloh-lah, semuanya bisa kulalui.....

Engkau dan kalian yang disana...
Bila diibaratkan, jangan hanya menjadi penonton bola. Engkau kegirangan ketika pemain andalanmu mampu mencetak gol, namun engkau kecewa dan marah-marah lantaran pemain andalanmu itu tak berhasil mencetak gol. Apalah arti kegiranganmu dan rasa kecewa itu, toh kau hanya PENONTON, bukan pemainnya.

Jangan banyak berkomentar, jangan banyak menyalahkan... Karena saat ini statusmu hanya sebagai PENONTON, penikmat dari apa yang telah disajikan oleh pemain. Maka, apa kau tak malu sama sekali... Saat kau hanya bisa banyak omong, tapi isi omonganmu itu kosong.

Engkau cuma bisa menyalahkan...
Padahal aku tahu, rasa iri tengah membuncah saat ini di hatimu. Kau geram dengan apa yang telah dihasilkan oleh pemain, sedangkan sampai detik ini...
Kau hanya mampu menjadi seorang penonton.

Bagaimana bisa engkau menjadi seperti itu.....
Kau diam saat aku membutuhkanmu, kau tak ada disisiku saat aku terjatuh. Aku bangun sendiri, aku ditolong oleh yang lain, yang masih memiliki rasa cinta terhadapku. Dan sekarang, saat aku berpijak ditempat yang lebih tinggi darimu, kau lemparkan senyum pahitmu kepadaku. Kau kesal dengan apa yang telah aku dapatkan, padahal tak sama sekali aku merugikan dan mengganggu hidupmu.

Sedih rasanya...
Saat semua penonton hanya bisa menikmati hasilnya, sedangkan permain berjibaku dengan segala ujian-ujian yang mengiringinya. Pemain berusaha memberikan yang terbaik bagi penonton, tapi lihatlah penonton... Hanya bisa berujar, hanya bisa mengucap sesuatu yang sebenarnya tak terlalu dibutuhkan oleh pemain. Sebab, pada dasarnya pemain lah yang berjuang... Bukan penonton.

Sungguh tragis, bagi orang-orang yang hanya bisa menyalahkan...
Atau dengan dalih menasihati, namun tidak dengan bahasa dan cara yang santun. Padahal sudah jelas, bahwa statusnya hanya sebagai pemain.

Semoga Allah mengampuni...
Setiap orang yang merasa sudah melakukan terbaik, kemudian menyalahkan orang lain. Sejatinya, penyakit hati tengah menderanya.

Berbenahlah diri.....
Jangan terlalu senang mencampuri. Kesibukan kita berbeda, maka sibukkanlah dirimu dengan urusanmu saja.

Lakukan sebuah proses, niscaya kau akan menikmati hasilnya...
Betapa berat yang diperjuangkan, betapa sulit proses yang dilalui...
Namun janji Allah, pastilah benar...
Bahwa siapa yang menolong agama Alloh, maka Allah akan menolongnya pula dan akan meneguhkan kedudukannya (QS Muhammad: 7)

Teman... Jangan jadi tong kosong nyaring bunyinya.
Malu lah... kalau ternyata sampai detik ini, kita hanya baru menjadi penonton, belum menjadi pemain.
Sedangkan kita sudah sok menjadi pemain. Astaghfirulloh!

Semoga aku selalu bisa membalasmu dengan kebaikan... Meski keburukan yang tengah kau lemparkan padaku :)

*Ditulis, ditengah kerisauan hati terhadap hati-hati lain yang tengah sakit.
Continue reading →