Saat memandangi hari.. Semakin hening dan makin tunduk merenungi. Setiap episode yang terjadi dalam hidupku, sudah begitu banyak warna yang terlukiskan, dan begitu banyak pula noda hitam mengotorinya.
Ini dinamakan perjuangan, dan setiap perjuangan ada pengorbanan yang harus dikerahkan dengan sungguh-sungguh. Keletihan, kelelahan... Bahkan air mata pun harus dipersembahkan. Demi Alloh, hanya untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Semoga tak ada kesia-siaan di dalamnya.
Dan ketika, semuanya begitu mudah mencerca.. Begitu ringan dalam menghina, dan tak santun dalam memperingatkan. Wahai diri, apa yang telah engkau lakukan... Sehingga ada pihak-pihak lain yang merasa dirugikan. Padahal, demi Allah! Tak sedikitpun aku mencampuri urusanmu. Lalu mengapa engkau terlalu sibuk dengan urusanku?!
Kukabarkan padamu..... Sebelum akhirnya kau yang menyesal karena terlalu repot dalam kesinisanmu terhadapku. Aku mencintaimu... Dan aku tahu bahwa setitik harap menginginkan sepertiku, muncul dalam dirimu. Lakukanlah apa yang bisa kau lakukan... Jangan terlalu masuk dalam kehidupanku. Karena pasti aku akan memberi rasa sakit yang mendalam kepadamu. Padahal tak semestinya itu terjadi, dan karena engkau saja yang terlalu meributkan hal-hal sepele yang terjadi padaku.
Letih... Menanggapi hal yang tak penting. Tugasku disini hanya berusaha, dan apa yang telah aku hasilkan saat ini sungguh adalah upah dari kerja kerasku. Dan karena Alloh-lah, semuanya bisa kulalui.....
Engkau dan kalian yang disana...
Bila diibaratkan, jangan hanya menjadi penonton bola. Engkau kegirangan ketika pemain andalanmu mampu mencetak gol, namun engkau kecewa dan marah-marah lantaran pemain andalanmu itu tak berhasil mencetak gol. Apalah arti kegiranganmu dan rasa kecewa itu, toh kau hanya PENONTON, bukan pemainnya.
Jangan banyak berkomentar, jangan banyak menyalahkan... Karena saat ini statusmu hanya sebagai PENONTON, penikmat dari apa yang telah disajikan oleh pemain. Maka, apa kau tak malu sama sekali... Saat kau hanya bisa banyak omong, tapi isi omonganmu itu kosong.
Engkau cuma bisa menyalahkan...
Padahal aku tahu, rasa iri tengah membuncah saat ini di hatimu. Kau geram dengan apa yang telah dihasilkan oleh pemain, sedangkan sampai detik ini...
Kau hanya mampu menjadi seorang penonton.
Bagaimana bisa engkau menjadi seperti itu.....
Kau diam saat aku membutuhkanmu, kau tak ada disisiku saat aku terjatuh. Aku bangun sendiri, aku ditolong oleh yang lain, yang masih memiliki rasa cinta terhadapku. Dan sekarang, saat aku berpijak ditempat yang lebih tinggi darimu, kau lemparkan senyum pahitmu kepadaku. Kau kesal dengan apa yang telah aku dapatkan, padahal tak sama sekali aku merugikan dan mengganggu hidupmu.
Sedih rasanya...
Saat semua penonton hanya bisa menikmati hasilnya, sedangkan permain berjibaku dengan segala ujian-ujian yang mengiringinya. Pemain berusaha memberikan yang terbaik bagi penonton, tapi lihatlah penonton... Hanya bisa berujar, hanya bisa mengucap sesuatu yang sebenarnya tak terlalu dibutuhkan oleh pemain. Sebab, pada dasarnya pemain lah yang berjuang... Bukan penonton.
Sungguh tragis, bagi orang-orang yang hanya bisa menyalahkan...
Atau dengan dalih menasihati, namun tidak dengan bahasa dan cara yang santun. Padahal sudah jelas, bahwa statusnya hanya sebagai pemain.
Semoga Allah mengampuni...
Setiap orang yang merasa sudah melakukan terbaik, kemudian menyalahkan orang lain. Sejatinya, penyakit hati tengah menderanya.
Berbenahlah diri.....
Jangan terlalu senang mencampuri. Kesibukan kita berbeda, maka sibukkanlah dirimu dengan urusanmu saja.
Lakukan sebuah proses, niscaya kau akan menikmati hasilnya...
Betapa berat yang diperjuangkan, betapa sulit proses yang dilalui...
Namun janji Allah, pastilah benar...
Bahwa siapa yang menolong agama Alloh, maka Allah akan menolongnya pula dan akan meneguhkan kedudukannya (QS Muhammad: 7)
Teman... Jangan jadi tong kosong nyaring bunyinya.
Malu lah... kalau ternyata sampai detik ini, kita hanya baru menjadi penonton, belum menjadi pemain.
Sedangkan kita sudah sok menjadi pemain. Astaghfirulloh!
Semoga aku selalu bisa membalasmu dengan kebaikan... Meski keburukan yang tengah kau lemparkan padaku :)
*Ditulis, ditengah kerisauan hati terhadap hati-hati lain yang tengah sakit.