Di depan pintu surga, ada beberapa kelompok orang yang sedang bertengkar dan berebut mau masuk sorga terlebih dahulu, mereka terdiri dari kelompok pahlawan yang gugur dalam memperjuangkan agama, kelompok ilmuwan yang telah menggunakan ilmunya untuk kemanusiaan, dan kelompok dermawan yang telah menyumbangkan banyak hartanya untuk kemanusiaan.
Datanglah malaikat untuk menengahi pertengkaran mereka, “Aku tahu apa yang kalian pertengkarkan, tapi aku mau mendengar alasan kenapa masing-masing kalian merasa berhak untuk masuk surga terlebih dahulu?”
Kelompok Pahlawan, “Jasa kami sangat besar, kitab suci pun sudah menegaskan bahwa para pahlawan yang gugur akan masuk surga tanpa dihitung. Itu karena tegak dan tersebarnya agama adalah hasil perjuangan kami.”
Kelompok ilmuwan, “Tuhan telah meninggikan derajat para ilmuwan, dan menjanjikan surga bagi ilmuwan yang ilmunya bermanfaat. Kalau bukan karena ilmu, pastilah kehidupan akan sengsara dan dakwah agama akan sulit tegak dan tersebar.”
Kelompok Dermawan, “Kalau bukan karena harta yang kami sedekahkan, dari mana perjuangan dan penyebaran ilmu akan mendapat dana? Kedermawanan kamilah faktor utama keberhasilan kalian.”
Malaikat, “Baiklah, alasan kalian memang benar semua. Tapi sekarang jawab pertanyaanku! Dari mana kalian mengetahui itu semua?”
“Guru kami lah yang mengajari kami semua itu.”
Tiba-tiba malaikat memanggil sekelompok orang yang dari awal memang hanya diam mendengarkan pertengkaran dan dialog yang terjadi. Mereka adalah kelompok para guru.
Malaikat, “Kenapa kalian tidak ikut berebut untuk masuk surga terlebih dahulu?”
Kelompok Guru, “Kami bangga melihat keberhasilan murid-murid kami. Kami ikhlas jika mereka dapat masuk surga terlebih dahulu. Itulah kebahagiaan kami.”
Malaikat, “Keikhlasan itulah yang jauh lebih penting dari semua jasa. Wahai para guru yang mulia, masuklah kalian ke surga terlebih dahulu!”