Bismillaah,
Fenomena saudari-saudari kita:
[1]. Dari awalnya pakaian super ketat, hingga tak berpakaian, kemudian terketuk, hingga mereka kenakan kain tipis pelilit kepala.
Kemudian, mode berkembang, hingga kain itu dimode2kan, dan ditinggikan spt punuk unta, dan kain lebihnya itu dimasukkan ke dalam baju, atau di selempangkan ke pundak, atau dililit pula ke leher, atau dinaikkan pula ke kepala.
Hingga terlihatlah bidang dada nya, dan lilitan lehernya, dan di tambah semakin ke bawah, na`udzubillahi min dzallik.
[2]. Ada yang lebih memiriskan, kuliah jauh, jilbab pun tanggal. Tak tau kemana. Menyedihkan..
[3]. Entah kenapa, padahal sering buka Al Qur`an, apakah hanya sekedar membaca huruf2 saja, tidak mentadabburi nya?
Atau belum sampai membaca QS. An Nuur: 31, atau Al Ahzaab: 59?
Disana sudah jelas2 Allaah firmankan, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka" [QS. Al Ahzaab: 59]
".....Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya....."[QS. An Nuur: 31]
Coba perhatikan 2 ayat ini, saudariku......
Renungkanlah.
Adakah disana disebutkan bahwa jilbab itu pendek?
[4]. Alasan apa lagi yang akan saudari keluarkan untuk membenarkan apa2 yang saudari kerjakan itu?
-"Ohh...nantilah, aku masih muda", masya-a Allah, dapatkan kita bisa menebak kapan Allah mencabut nyawa kita?
Bisakah kita menebak dan lari dari adzab Allah? Sekalipun di tempat tidur?
Dunia ini tak lebih baik dari bangkai kambing yang cacat telinga nya.
Tak lebih baik dari sebelah sayap nyamuk.
-"Ohh..nantilah, jilbabkan hati dulu", ya subhanallah adakah Allah suruh menjilbab kan hati dulu di ayat itu?
Bagaimana mungkin menjilbabkan hati, bagaimana caranya? It`s impossible.
-"Mengekang banget siiih.,.. Aku kan mau ini mau itu dulu. Biarin yang emak2 dulu pake jilbab yang panjang plus ribet itu."
-"Banyak kok, yang tak berjilbab, tetapi baik akhlaknya, baik hatinya.."
Ya Allah, adakah kita disuruh menyingkap hati manusia? Kita hanya disuruh melihat dari zhahirnya/luarnya.
Urusan akhlak, itu beda perkara. Urusan kewajiban menutup aurat dan berjilbab, itu lain pula. Tak bisa digabungkan.
Berjilbab tapi akhlaknya buruk itu lebih baik daripada tidak berjilbab namun akhlaknya baik. Alasannya, ketika seorang muslimah sudah berjilbab akhlaknya terhadap Allah sudah baik. Maka yang perlu diperbaiki adalah akhlaknya terhadap saudaranya. Adapun yang tidak berjilbab, akhlaknya terhadap Allah masih buruk, maka akhlak baiknya di mata manusia tidak bisa menggantikan akhlak buruknya terhadap Allah.
-Dan banyak lagi dalih2 alasan untuk tak berjilbab, alasan menunda menunaikan kewajiban ini.
[5]. Dan ternyata, salah sangka mengenai jilbab. Jilbab itu bukanlah kain tipis, dililit2, dimode2kan, namun jilbab adalah kain panjang, lebar, tebal, menutup tubuh, tidak dimode2 spt kebanyakan, polos saja. Dan ini juga masih kurang, [yang benernya], setelah berjilbab, namun di dalam jilbab itu ada khimar, yaitu jilbab nyampe dada.
Panas?
Tidak, insya Allah. Malah adem..:)
[6]. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. [QS. AL Hadiid: 20]
Mau tau jilbab itu seperti apa?
Wahai saudariku, silahkan sebar ini kepada saudari2 terdekatmu. Begitu juga saudaraku, silahkan lihat Ibumu, Adik atau kakak perempuanmu, istrimu, putri2mu, bagaimanakah pakaian mereka? Kalian juga bertanggung jawab untuk mendapat hisaban atas pakaian2 Ibumu, adik/kakak perempuanmu, istrimu dan putri2mu. Wallaahul musta`aan
dari:
سهيرا أم رزين